Sabtu, 31 Maret 2012

Kepariwisataan Indonesia masih terjebak mitos devisa

Kepariwisataan Indonesia masih terjebak mitos devisa

Ekonomi & Bisnis

WASPADA ONLINE
(mediaindonesia)
BOGOR - Pakar ekowisata Institut Pertanian Bogor (IPB) Ricky Avenzora, mengemukakan bahwa pembangunankepariwisataan di Indonesia masih terjebak pada mitos devisa lebih utama ketimbang mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman).

"Padahal sesungguhnya untuk Indonesia, potensi devisa dari wisman jauh lebih besar," katanya di Bogor, Jabar, pagi ini.

Ia melanjutkan bahwa sebagai konsekuensi mitos dimaksud, maka selama ini pembangunan kepariwisataan cenderung untuk mengutamakan wisatawan, dan mengorbankan masyarakat lokal.

Ia menegaskan bahwa sesungguhnya pembangunan kepariwisataan harus berorientasi membagun wilayah untuk masyarakat lokal.

"Karena dengan orientasi itu, wisatawan pasti akan datang dengan sendirinya," kata Lektor Kepala pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB itu.

Menurut dia, ada sejumlah masalah umum yang selama ini masih menjadi kendala dalam membangun kepariwisataan di Indonesia, antara lain kapasitas kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang ada.

Selain itu, kata dia, "political will" negara dan pemerintah --jika tidak ingin dikatakan masih sebatas "lip service"--disebutnya masih setengah hati.

"Dalam hal `budgeting` dan administrasi keuangan, juga tidak sesuai dengan atmosfir industri jasa," kata doktor bidang "Sustainable Tourism Planning on Regional Scale" Universitas Gottingen, Jerman itu.

Secara lebih khusus, ia menganalisa posisi Departemen Kebudayan dan Pariwisata (Depbudpar), yang meski dari sejarah berdirinya departemen itu bisa dikatakan institusi ini semakin mendapat legalitas dan kekuasaan untuk menangani sektor kepariwisataan di Indonesia, namun tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) departemen ini disebutnya ibarat menjadi "kuda beban" yang kehabisan tenaga.

Menurut dia, sekurangnya ada dua hal utama yang menyebabkan departemen ini menjadi demikian. Pertama, terkait dengan kapasitas dan kualitas SDM pada masalah umum dimaksud.

Sumber : http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=73380:kepariwisataan-indonesia-masih-terjebak-mitos-devisa&catid=18:bisnis&Itemid=95

Pariwisata di Indonesia

Pariwisata di Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari


Pantai Jimbaran, Bali
Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit.[1] Berdasarkan data tahun 2010, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 7 juta lebih atau tumbuh sebesar 10,74% dibandingkan tahun sebelumnya,[2] dan menyumbangkan devisa bagi negara sebesar 7.603,45 juta dolar Amerika Serikat.[2]
Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis, 17.508 pulau yang 6.000 di antaranya tidak dihuni,[3] serta garis pantai terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni Eropa.[4] Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia.[5] Pantai-pantai di Bali, tempat menyelam di Bunaken, Gunung Rinjani di Lombok, dan berbagai taman nasional di Sumatera merupakan contoh tujuan wisata alam di Indonesia. Tempat-tempat wisata itu didukung dengan warisan budaya yang kaya yang mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis Indonesia yang dinamis dengan 719 bahasa daerah yang dituturkan di seluruh kepulauan tersebut.[6] Candi Prambanan dan Borobudur, Toraja, Yogyakarta, Minangkabau, dan Bali merupakan contoh tujuan wisata budaya di Indonesia. Hingga 2010, terdapat 7 lokasi di Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO yang masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.[7] Sementara itu, empat wakil lain juga ditetapkan UNESCO dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia yaitu wayang, keris, batik dan angklung.[8]
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, sebelas provinsi yang paling sering dikunjungi oleh para turis adalah Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Banten dan Sumatera Barat.[9] Sekitar 59% turis berkunjung ke Indonesia untuk tujuan liburan, sementara 38% untuk tujuan bisnis.[10] Singapura dan Malaysia adalah dua negara dengan catatan jumlah wisatawan terbanyak yang datang ke Indonesia dari wilayah ASEAN.[11] Sementara dari kawasan Asia (tidak termasuk ASEAN) wisatawan Jepang berada di urutan pertama disusul RRC, Korea Selatan, Taiwan dan India.[11] Jumlah pendatang terbanyak dari kawasan Eropa berasal dari negara Britania Raya disusul oleh Perancis, Belanda dan Jerman.[11]
Pengelolaan kepariwisataan, kebijakan nasional, urusan pemerintahan di bidang kebudayaan dan kepariwisataan di Indonesia diatur oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia.[12]
Daftar isi
 [sembunyikan]
•    1 Sejarah
•    2 Objek wisata
o    2.1 Wisata alam
o    2.2 Wisata belanja
o    2.3 Wisata budaya
o    2.4 Wisata keagamaan
•    3 Fasilitas
•    4 Regulasi Visa
•    5 Lihat pula
•    6 Referensi
•    7 Pranala luar

[sunting] Sejarah


Hotel Oranje, salah satu hotel pertama yang didirikan pada zaman Hindia Belanda.
Indonesia memiliki sejarah kebudayaan pariwisata sejak abad sejak abad 14.[13] Kakawin Nagarakretagama mencatat bahwa Raja Hayam Wuruk telah mengelilingi Kerajaan Majapahit yang kini menjadi daerah Jawa Timur menggunakan pedati dengan iring-iringan pejabat negara.[13] Setelah masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia pada awal abad ke-19, daerah Hindia Belanda mulai berkembang menjadi daya tarik bagi para pendatang yang berasal dari Belanda.[13] Gubernur jenderal pada saat itu memutuskan pembentukan biro wisata yang disebut Vereeeging Toeristen Verkeer yang gedung kantornya juga digunakan untuk maskapai penerbangan Koninklijke Nederlansch Indische Luchtfahrt Maatschapijj (kini disebut dengan KLM).[13] Hotel-hotel mulai bermunculan seperti Hotel des Indes di Batavia, Hotel Oranje di Surabaya dan Hotel De Boer di Medan.[13] Tahun 1913, Vereeneging Touristen Verkeer membuat buku panduan mengenai objek wisata di Indonesia. Sejak saat itu, Bali mulai dikenal oleh wisatawan mancanegara dan jumlah kedatangan wisman meningkat hingga lebih dari 100% pada tahun 1927.[13] Pada 1 Juli 1947, pemerintah Indonesia berusaha menghidupkan sektor pariwisata Indonesia dengan membentuk badan yang dinamakan HONET (Hotel National & Tourism) yang diketuai oleh R. Tjitpo Ruslan. Badan ini segera mengambil alih hotel - hotel yang terdapat di daerah sekitar Jawa dan seluruhnya dinamai Hotel Merdeka. Setelah Konferensi Meja Bundar, badan ini berganti nama menjadi NV HORNET.[13] Tahun 1952 sesuai dengan keputusan presiden RI, dibentuk Panitia InterDepartemental Urusan Turisme yang bertugas menjajaki kemungkinan terbukanya kembali Indonesia sebagai tujuan wisata.[14]


Maskot Tahun Kunjungan Indonesia 1992.
Pada masa Orde Baru, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia bertumbuh secara perlahan. Pemerintah pernah mengadakan program untuk meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan asing ke Indonesia yang disebut dengan Tahun Kunjungan Indonesia. Program ini meningkatkan kunjungan turis internasional hingga 400.000 orang.[15] Selain itu pada tahun 1992, pemerintah mencanangkan Dekade Kunjungan Indonesia, yaitu tema tahunan pariwisata sampai dengan tahun 2000.[13]
Kepercayaan dunia internasional terhadap pariwisata Indonesia mulai mengalami penurunan pada insiden pengeboman Bali tahun 2002 yang menyebabkan penurunan wisatawan yang datang ke Bali sebesar 32%.[16] Aksi teror lainnya seperti Bom JW Marriott 2003, Pengeboman Kedutaan Besar Australia, Bom Bali 2005 dan Bom Jakarta 2009 juga memengaruhi jumlah kedatangan wisman ke Indonesia. Aksi terorisme di Indonesia ini mengakibatkan dikeluarkannya peringatan perjalanan oleh beberapa negara seperti Australia dan Britania Raya pada tahun 2006.[17][18]
Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia mengadakan program Tahun Kunjungan Indonesia 2008 untuk meningkatkan jumlah wisatawan nusantara dan wisatawan asing ke Indonesia, selain itu program ini sekaligus untuk memperingati 100 tahun kebangkitan nasional Indonesia.[19] Dana yang dikeluarkan untuk program ini sebesar 15 juta dolar Amerika Serikat yang sebagian besar digunakan untuk program pengiklanan dalam maupun luar negeri.[15] Hasil dari program ini adalah peningkatan jumlah wisatawan asing yang mencapai 6,2 juta wisatawan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,5 juta wisatawan.[2]
Sebagai upaya dalam meningkatkan jumlah wisatawan ke Indonesia, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia melanjutkan program "Tahun Kunjungan Indonesia" pada tahun 2009 dengan target 6,4 juta wisatawan dan perolehan devisa sebesar 6,4 miliar dolar Amerika Serikat, sedangkan pergerakan wisatawan nusantara ditargetkan 229,95 juta perjalanan dengan total pengeluaran lebih dari 128,77 triliun rupiah.[20] Program ini difokuskan ke "pertemuan, insentif, konvensi dan pertunjukan serta wisata laut".[21] Pada tahun 2010, pemerintah Indonesia mencanangkan kembali "Tahun Kunjungan Indonesia serta Tahun Kunjung Museum 2010". Program ini dilakukan untuk mendorong kesadaran masyarakat terhadap museum dan meningkatkan jumlah pengunjung museum.[20] Pada tahun 2011, pemerintah Indonesia menetapkan Wonderful Indonesia sebagai manajemen merek baru pariwisata Indonesia, sementara untuk tema pariwisata dipilih "Eco, Culture, and MICE". Logo pariwisata tetap menggunakan logo "Tahun Kunjungan Indonesia" yang dipergunakan sejak tahun 2008.[22]
[sunting] Objek wisata
[sunting] Wisata alam
Lihat pula: Daftar taman nasional di Indonesia dan Daftar gunung di Indonesia


Pemandangan koral dan ikan di Raja Ampat, Papua Barat.
Indonesia memiliki kawasan terumbu karang terkaya di dunia dengan lebih dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 3.000 spesies ikan, 590 jenis karang batu, 2.500 jenis moluska, dan 1.500 jenis udang-udangan.[23][24] Kekayaan biota laut tersebut menciptakan sekitar 600 titik selam yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.[20] Raja Ampat di Provinsi Papua Barat adalah taman laut terbesar di Indonesia yang memiliki beraneka ragam biota laut[25][26] dan dikenal sebagai lokasi selam scuba yang baik karena memiliki daya pandang yang mencapai hingga 30 meter pada siang hari.[27] Hasil riset lembaga Konservasi Internasional pada tahun 2001 dan 2002 menemukan setidaknya 1.300 spesies ikan, 600 jenis terumbu karang dan 700 jenis kerang di kawasan Raja Ampat.[25] Bunaken yang terletak di Sulawesi Utara memiliki 25 titik selam dengan kedalaman hingga 1.556 meter.[28] Hampir 70% spesies ikan di Pasifik Barat dapat ditemukan di Taman Nasional ini.[28] Terumbu karang di taman nasional ini disebut tujuh kali lebih bervariasi dibandingkan dengan Hawaii.[29] Beberapa lokasi lain yang terkenal untuk penyelaman antara lain: Wakatobi, Nusa Penida, Karimunjawa, Derawan dan Kepulauan Seribu.[30]


Taman Nasional Kelimutu.
Terdapat 50 taman nasional di Indonesia, 6 di antaranya termasuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.[31] Taman Nasional Lorentz di Papua memiliki sekitar 42 spesies mamalia yang sebagian besar hewan langka. Mamalia yang ada di kawasan ini antara lain: kangguru pohon, landak irian, tikus air, walabi, dan kuskus. Taman nasional ini memiliki lebih dari 1.000 spesies ikan, di antaranya adalah ikan koloso. Di taman ini terdapat salju abadi yang berada di puncak Gunung Jayawijaya.[32] Taman Nasional Ujung Kulon merupakan taman nasional tertua di Indonesia yang dikenal karena hewan Badak jawa bercula satu yang populasinya semakin menipis.[33] Pengamatan satwa endemik komodo serta satwa lainnya seperti rusa, babi hutan dan burung dapat dilakukan di Taman Nasional Komodo.[34] Taman Nasional Kelimutu yang berada di Flores memiliki danau kawah dengan tiga warna yang berbeda.


Ngarai Sianok di kota Bukittinggi, Sumatera Barat.
Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 130 di antaranya termasuk gunung berapi aktif.[35] Gunung Bromo di Provinsi Jawa Timur dikenal sebagai lokasi wisata pegunungan untuk melihat matahari terbit maupun penunggangan kuda.[36] Pada bulan-bulan tertentu, terdapat upacara kebudayaan Yadnya Kasada yang dilakukan oleh masyarakat Gunung Bromo.[36] Lokasi wisata lain yang terkenal di daerah Jawa Barat adalah Gunung Tangkuban Parahu yang terletak di Subang. Gunung aktif ini menghasilkan mata air panas yang terletak di kaki gunung yang dikenal dengan nama Ciater dan sering dimanfaatkan untuk spa serta terapi pengobatan.[37]
Keanekaragaman flora dan fauna yang ada di seluruh nusantara menjadikan Indonesia cocok untuk pengembangan agrowisata.[rujukan?] Kebun Raya Bogor yang terletak di Bogor merupakan lokasi agrowisata populer yang telah berdiri sejak abad 19 dan merupakan yang tertua di Asia dengan koleksi tumbuhan tropis terlengkap di dunia.[38] Hingga Maret 2010, Kebun Raya Bogor memiliki koleksi 3.397 spesies jenis koleksi umum, 550 spesies tumbuhan anggrek, serta 350 tumbuhan non-anggrek yang berada di rumah kaca.[39] Taman Wisata Mekarsari merupakan taman buah tropis terbesar dan terlengkap di dunia.[40] Koleksi taman ini mencapai 100.000 tanaman buah yang terdiri dari 78 famili, 400 spesies, dan 1.438 varietas.[40]
[sunting] Wisata belanja


Pusat perbelanjaan Grand Indonesia yang terletak di Jakarta Pusat.
Lihat pula: Daftar pusat perbelanjaan di Indonesia
Wisata belanja di Indonesia dibagi menjadi dua jenis: pusat perbelanjaan tradisional dengan proses tawar-menawar antara pembeli dan penjual dan pusat perbelanjaan modern. Pasar tradisional umumnya menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari yang berlokasi dalam satu gedung atau jalan tertentu. Beberapa daerah dengan relief sungai-sungai panjang memiliki pasar terapung seperti Pasar Terapung Muara Kuin di Sungai Barito, Banjarmasin dan Pasar Terapung Lok Baintan di Banjar, namun adapula yang khusus menjual barang - barang seni atau benda khas setempat seperti Pasar Sukawati di Gianyar yang menjual berbagai kerajinan tangan dan barang seni khas Bali,[41] Pasar Klewer di Solo yang menjual kain - kain batik,[42]Kotagede dengan hasil kerajinan perak,[43]dan kawasan Malioboro di Yogyakarta yang menjajakan kerajinan khas Yogya.[44]
Pusat perbelanjaan modern dapat ditemukan di kota-kota metropolitan terutama yang terletak di Pulau Jawa seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Semarang. Kebanyakan pusat perbelanjaan modern dapat ditemukan di kota Jakarta yang memiliki lebih dari 170 pusat perbelanjaan.[45] Jakarta merupakan kota dengan jumlah pusat perbelanjaan terbanyak di dunia.[45] Pusat perbelanjaan tertua yang pernah dibangun di Jakarta yaitu Pasar Baru yang dibangun pada tahun 1820.[46] Pusat perbelanjaan di Jakarta, Semarang, dan Surabaya umumnya mengadakan diskon besar pada masa ulang tahun kota untuk meningkatkan daya tarik wisata belanja. Jakarta secara rutin mengadakan pesta diskon Festival Jakarta Great Sale, Semarang dengan nama Semarang Great Sale, sementara Surabaya mengadakan Surabaya Shopping Festival.[47]
[sunting] Wisata budaya


Salah satu peserta dalam Karnaval Batik Solo.
Berdasarkan data sensus 2010, Indonesia terdiri dari 1.128 suku bangsa.[48] Keberagaman suku bangsa tersebut mengakibatkan keberagaman hasil budaya seperti jenis tarian, alat musik, dan adat istiadat di Indonesia. Beberapa pagelaran tari yang terkenal di dunia internasional misalnya Sendratari Ramayana yang menceritakan tentang perjalanan Rama dan dipentaskan di kompleks Candi Prambanan.[49] Desa Wisata Batubulan yang terletak di Sukawati, Gianyar merupakan desa yang sering dikunjungi untuk pentas Tari Barongan, Tari Kecak dan Tari Legong.[50]
Beberapa tahun belakangan ini beberapa kota di Pulau Jawa mulai mengembangkan konsep karnaval fesyen.[rujukan?] Jember Fashion Carnaval secara rutin diadakan sejak tahun 2001 di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Karnaval fesyen lainnya namun memfokuskan tema pada batik adalah Karnaval Batik Solo yang pertama kali diadakan pada tahun 2008. Selain karnaval fesyen, adapula karnaval yang diadakan untuk memperingati hari jadi kota seperti yang diadakan di kota Yogyakarta dengan nama Jogja Java Carnaval dan di kota Jakarta dengan nama Jak Karnaval yang diadakan secara rutin setiap bulan Juni.
Sejarah kebudayaan Indonesia dari zaman prasejarah hingga periode kemerdekaan dapat ditemukan di seluruh museum yang ada di Indonesia. Total jumlah museum di Indonesia berjumlah 80 museum yang tersebar dari Aceh hingga Maluku.[51] Sejumlah museum terletak dalam satu kawasan seperti Kota Tua Jakarta yang memiliki enam museum merupakan daerah yang dikenal sebagai pusat perdagangan pada Zaman Batavia dan Taman Mini Indonesia Indah yang menjadi pusat rekreasi dengan jumlah taman dan museum terbanyak dalam satu kawasan di Indonesia.[52]
[sunting] Wisata keagamaan
Sejarah mencatat bahwa agama Hindu dan Buddha pernah masuk dan memengaruhi kehidupan spiritual di Indonesia dengan adanya peninggalan sejarah seperti candi dan prasasti di beberapa lokasi. Jejak-jejak peninggalan agama Buddha yang terbesar adalah Candi Borobudur yang terletak di Magelang dan merupakan candi Buddha terbesar di dunia dan masuk dalam daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO pada tahun 1991.[53] Pada abad ke-13 hingga ke-16 Islam masuk ke nusantara menggantikan era kerajaan Hindu-Buddha. Pada masa ini, banyak ditemukan masjid yang merupakan akulturasi kebudayaan antara Hindu-Buddha-Jawa dengan agama Islam seperti terlihat pada Masjid Agung Demak dan Masjid Menara Kudus.[54]
Fasilitas


Konferensi Perubahan Iklim PBB tahun 2007.
Lihat pula: Daftar Bandar Udara di Indonesia
Setiap pulau besar di Indonesia setidaknya memiliki satu bandar udara internasional. Bandar udara terbesar adalah Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta yang terletak di Tangerang, Banten. Lima bandar udara internasional lainnya yang berada di Pulau Jawa adalah Adisumarmo di Solo, Juanda di Surabaya, Husein Sastranegara, di Bandung dan Adisucipto di Yogyakarta. Transportasi darat lain seperti kereta api dan taksi tersedia hampir di seluruh pulau di Indonesia.[rujukan?] Beberapa kota menyediakan sistem transportasi Bus Rapid Transit seperti TransJakarta di Jakarta, Trans Jogja di Yogyakarta, Trans Metro Bandung di Bandung, Batik Solo Trans di Surakarta, dan TransSemarang di Semarang. Kendaraan khas seperti bajaj, becak, dan bemo tersedia di kota-kota tertentu, selain itu transportasi umum informal seperti ojeg dapat ditemukan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Fasilitas penginapan terus dikembangkan.[rujukan?] Berdasarkan data tahun 2008, terdapat 1.169 hotel dengan 112.079 kamar dan 174.321 tempat tidur di Indonesia.[55] Selain berkembangnya jumlah hotel, sebagai upaya meningkatkan kedatangan wisman lewat MICE pemerintah menetapkan 10 kota yang dikenal sebagai destinasi MICE yaitu Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Balikpapan, Medan, Batam-Bintan, Padang-Bukit tinggi, Makassar, dan Manado.[56] Beberapa lokasi MICE di Indonesia telah berhasil mengadakan acara-acara penting seperti KTT ASEAN yang diadakan di Jakarta Convention Center pada bulan Mei 2011[57], Konferensi Kelautan Dunia di Manado pada tahun 2009 di Grand Kawanua Hall,[58] dan UNFCCC di Bali International Convention Center, Bali pada tahun 2007

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata_di_Indonesia

Pariwisata Berbasis Budaya

Pariwisata berbasis budaya
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
 Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Wisata berbasis budaya adalah salah satu jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan kebudayaan sebagai objeknya. Pariwisata jenis ini dibedakan dari minat-minat khusus lain, seperti wisata alam, dan wisata petualangan.[1]
Ada 12 unsur kebudayaan yang dapat menarik kedatangan wisatawan,[2] yaitu:
1.    Bahasa (language).[2]
2.    Masyarakat (traditions).[2]
3.    Kerajinan tangan (handicraft).[2]
4.    Makanan dan kebiasaan makan (foods and eating habits).[2]
5.    Musik dan kesenian (art and music).[2]
6.    Sejarah suatu tempat (history of the region)[2]
7.    Cara Kerja dan Teknolgi (work and technology).[2]
8.    Agama (religion) yang dinyatakan dalam cerita atau sesuatu yang dapat disaksikan.[2]
9.    Bentuk dan karakteristik arsitektur di masing-masing daerah tujuan wisata (architectural characteristic in the area).[2]
10.    Tata cara berpakaian penduduk setempat (dress and clothes).[2]
11.    Sistem pendidikan (educational system).[2]
12.    Aktivitas pada waktu senggang (leisure activities).[2]
Objek-objek tersebut tidak jarang dikemas khusus bagi penyajian untuk turis, dengan maksud agar menjadi lebih menarik. Dalam hal inilah seringkali terdapat kesenjangan selera antara kalangan seni dan kalangan industri pariwisata. Kompromi-kompromi sering harus diambil. Kalangan seni mengatakan bahwa pengemasan khusus objek-objek tersebut untuk turis akan menghilangkan keaslian dari suatu budaya, sedangkan kalangan pariwisata mengatakan bahwa hal tersebut tidaklah salah asalkan tidak menghilangkan substansi atau inti dari suatu karya seni.


Tari Kecak kerap dimodifikasi agar sesuai dengan keinginan turis

Pariwisata merusak budaya
Kaum yang menentang pariwisata berbasis budaya berpendapat bahwa kedatangan turis ke daerah tujuan wisata dapat merusak keaslian atau keutuhan hayati suatu produk budaya.[4] Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pariwisata telah merusak atau, menghancurkan kebudayaan lokal.[4]Pariwisata secara langsung ‘memaksa’ ekspresi kebudayaan lokal untuk dimodifikasi, agar sesuai dengan kebutuhan pariwisata.[4] Ekspresi budaya dikomodifikasi agar dapat ‘dijual’ kepada wisatawan.[4] Contoh kasusnya adalah Sendra Tari Ramayana, tidak lagi disajikan secara utuh, peranan skenario tidak berfungsi lagi. Selain itu, tari Kecak juga mengalami nasib serupa. Pertunjukkan tari Kecak yang mudah disaksikan di Bali, kelihatan nilai sakralnya sudah terpotong-potong karena harus disesuaikan dengan waktu wisatawan yang ingin menyaksikannya
Pariwisata memperkuat budaya
Walaupun tidak sedikit pihak yang menentang perkembangan pariwisata berbasis budaya ini, namun banyak juga Sosiolog dan Antropolog yang justru melihat bahwa pariwisata (internasionalisasi) tidak merusak kebudayaan, melainkan justru memperkuat, karena terjadinya proses yang disebut involusi kebudayaan (cultural involution). Hal tersebut bisa dilihat dari kasus Bali. McKean (1978) mengatakan,
“    ... meskipun perubahan sosial ekonomi sedang terjadi di Bali, … semua itu terjadi secara bergandengan tangan dengan usaha konservasi kebudayaan tradisional … Kepariwisataan pada kenyataannya telah memperkuat proses konservasi, reformasi, dan penciptaan kembali berbagai tradisi.

—McKean (1978)

Philip F. McKean (1973) bahkan menulis bahwa “the traditions of Bali will prosper in direct proportion to the success of tourist industry” (dikutip dalam Wood, 1979). Ahli lain berpendapat bahwa dampak kepariwisataan di Bali bersifat aditif, dan bukan substitutif. Artinya, dampak tersebut tidak menyebabkan transformasi secara struktural, melainkan terintegrasi dengan kehidupan tradisional masyarakat (Lansing, 1974).
Tidak ada budaya asli
Terlepas dari pro kontra tersebut, sosiolog Selo Soemardjan mengungkapkan pendapatnya. Menurutnya, kebudayaan akan terus berkembang, karena memang dengan sengaja atau tidak, memang terus berkembang, karena adanya rangsangan, seperti adanya perkembangan industri pariwisata. Proses saling memengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan memengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah, atau dengan kata lain budaya adalah suatu hal yang dinamis, yang terus berkembang seiring perputaran waktu, baik karena dipengaruhi pariwisata ataupun dipengaruhi masyarakat pemilik kebudayaan itu sendiri.
Perkembangan
Pada waktunya nanti, diramalkan objek wisata yang diminati wisman (wisatawan mancanegara)lebih banyak terpusat pada hasil kebudayaan suatu bangsa. Oleh karena itu dalam industri pariwisata nanti, hasil kebudayaan bangsa merupakan “komoditi” utama untuk menarik wisman berkunjung ke Indonesia. Di samping itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PATA tahun 1961 di Amerika Utara, diperoleh suatu kesimpulan bahwa lebih dari 50% wisman yang mengunjungi Asia dan daerah Pasifik, motivasi perjalanan wisata mereka adalah untuk melihat dan menyaksikan adat-istiadat, the way of life, peninggalan sejarah, bangunan-bangunan kuno yang tinggi nilainya. Pendapat tersebut tidaklah salah. Menurut penelitian Citra Pariwisata Indonesia pada tahun 2003, budaya merupakan elemen pariwisata yang paling menarik minat wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia. Budaya mendapatkan skor 42,33 dari wisatawan mancanegara dalam kategori 'sangat menarik' dan berada di atas elemen lainnya seperti keindahan alam dan peninggalan sejarah, dengan skor masing-masing 39,42 dan 30,86. Hal tersebut membuktikan bahwa atraksi budaya merupakan hal yang paling disukai para turis dari pariwisata di Indonesia.
Pariwisata Berbasis Budaya di Indonesia
Penerapan kegiatan pariwisata berbasis budaya di Indonesia telah ditunjukkan oleh beberapa provinsi. Selain provinsi Bali, provinsi lain yang fokus dalam pelaksanaan sektor ini adalah Daerah Istimewa Jogjakarta khususnya kota Jogjakarta.[5] Sejak tahun 2008, daerah ini telah mencanangkan diri sebagai kota pariwisata berbasis budaya. Di Jogjakarta, pengembangan pariwisata disesuaikan dengan potensi yang ada dan berpusat pada budaya Jawa yang selaras dengan sejarah dan budaya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Banyak rencana aksi telah dicanangkan untuk mendukung pelaksanaan program ini. Mulai dari pengembangan dan peningkatan kuantitas serta kualitas fasilitas, memperbanyak event-event wisata, seni ,dan budaya, sampai ke optimalisasi pemasaran program. Hasilnya pun mulai terlihat, salah satunya adalah keberadaan Taman Pintar yang tidak hanya memiliki arena permainan, tetapi juga mengajak pengunjung untuk mengenal sejarah dan budaya Jogjakarta.[6]

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata_berbasis_budaya

Integrasi dalam Sistem Kepariwisataan

Integrasi dalam Sistem Kepariwisataan
Dengan membangun obyek wisata belum tentu wisatawan bisa langsung berdatangan. Oleh karena itu obyek wisata itu harus diintegrasikan dengan syarat-syarat lainnya yaitu, jasa pelayanan wisata seperti akomodasi, transportasi dan pemasaran. Untuk melaksanakan hal itu banyak dimanfaatkan prasarana umum yang ada, yang biasanya disediakan oleh pemerintah, seperti misalnya jalan raya. Yang dapat dianggap tugas pembangunan obyek wisata ialah pembangunan obyek wisata ialah pembangunan yang langsung dan secara
khusus berhubungan dengan atau terletak di dalam lingkungan obyek wisata.

Jaringan Transportasi
Pertama-tama, tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi tidak mungkin suatu obyek wisata mendapat kunjungan wisatawan. Obyek wisata merupakan akhir perjalanan wisata yang harus memenuhi syarat aksesibilitas, artinya obyek wisata mudah dicapai dengan sendirinya juga mudah ditemukan. Oleh karena itu harus selalu ada jalan menuju ke obyek wisata. Jalan itu merupakan jalan akses ke obyek wisata, dan jalan akses itu harus berhubungan dengan jalan prasarana umum. Kondisi jalan umum dan jalan akses menentukan aksesibilitas sesuatu obyek wisata. Aksesibilitas ini merupakan syarat yang penting sekali untuk obyek wisata.

Selanjutnya sebagai tempat akhir perjalanan, di tempat obyek wisata harus ada terminal, setidak-tidaknya tempat parkir. Baik jalan akses maupun tempat parkir harus sesuai dengan jumlah wisatawan yang diharapkan kedatangannya dan jenis serta jumlah kendaraan yang diperkirakan akan digunakan oleh para wisatawan.

Akomodasi
Selain dihubungkan dengan fasilitas angkutan, obyek wisata juga harus menyediakan akomodasi. Selama di tempat obyek wisata para wisatawan juga membutuhkan fasilitas untuk beristirahat apabila mereka lelah. Juga harus tersedia kamar kecil atau toilet untuk melayani keperluan melayani buang air atau untuk menyegarkan diri. Juga harus disediakan fasilitas untuk makan dan minum wisatawan. Di samping itu juga harus di usahakan adanya petugas-petugas yang bisa memberi informasi yang dibutuhkan oleh wisatawan.

Pemasaran
Tempat obyek wisata sebenarnya juga tempat kegiatan pemasaran wisata. Pembangunan obyek wisata yang sesuai dengan motif wisatawan. Selain itu harus di ingat juga wisatawan itu juga merupakan saluran promosi yang murah. Wisatawan yang merasa puas dapat diharapkan akan meneruskan informasi kepada lingkungan sekitarnya baik kepada teman, kerabat dan keluarga lainnya. Promosi yang demikian itu tidak diragukan kejujurannya dan merupakan promosi yang biasanya paling efektif.
Sumber : http://wisatakandi.blogspot.com/2011/01/integrasi-dalam-sistem-kepariwisataan.html

Tinjauan Sejarah Kepariwisataan Dan VISIT INDONESIAN YEAR 2008

Tinjauan Sejarah Kepariwisataan Dan VISIT INDONESIAN YEAR 2008
Kamis, 13 Maret 2008 16:43
Promosi dan Pemasaran Kepariwisataan tentang objek-objek wisata di Kota Bogor tak hanya gencar dilakukan oleh brosur, City Map dan Pusat Informasi Kepariwisataan di Taman Topi saat ini. Kegiatan Kepariwisataan dalam bentuk seperti yang kita kenal dewasa ini, sudah dikenal di Indonesia sejak zaman Kolonial Belanda yaitu semasa Hindia Belanda. Walaupun yang dapat menikmatinya baru terbatas pada orang-orang Belanda, Indo-Belanda, dan beberapa orang asing lainnya.
Denys Lombard, seorang mahaguru dan doktor sejarah, khususnya tentang sejarah Indonesia menulis bahwa buku panduan pariwisata tertua yang pernah Ia temukan bertiti mangsa sekitar tahun 1786, artinya telah berusia 222 tahun lalu. Buku tersebut di tulis oleh seorang yang bernama Hofhout dan diperuntukan bagi para pegawai VOC yang baru tiba di Batavia. Buku itu memuat topografi yang cermat dan menarik mengenai kota dan sekitarnya, menganjurkan tamasya ke Cipanas “Kota Air” dan Kota peristirahatan yang terletak sekitar 80 KM ke Selatan, berisi peringatan agar berhati-hati terhadap penyakit tropis, dan menggambarkan secara rinci perdagangan gelap yang sangat dilarang namun tampaknya setiap orang dapat memanfaatkannya. Karya itu juga memuat sebuah daftar tata bahasa Melayu yang berguna untuk percakapan sederhana.

Selain menerima imigran dalam arti yang sebenarnya, Pulau Jawa segera pula menerima pelancong biasa yang datang berkunjung, dan dikemudian hari disebut sebagai wisatawan. Sejak 1836 Pemerintah Kolonial mengawasi masuk keluarnya semua orang asing dan mengeluarkan sebuah pas khusus bagi semua pengunjung yang datang tanpa niat untuk menetap, Comte de Beau Voir, seorang bangsawan muda Perancis yang manemani salah seorang putra Louis Philippe dipengasingan, singgah di Jawa pada tahun 1866 dan menulis sebuah cerita yang ditakdirkan mendapat sukses besar :mendapat penghargaan dari Academie Francaise dan dicetak ulang sebanyak sepuluh kali. Pena de Beauvoir yang lincah dan simpatik pasti besar peranannya dalam membuat Kepulauan Sunda dikenal di Prancis dan sedikit demi sedikit Citra Nusantara pun tersebar luaskan sebagai surga dunia yang sesungguhnya.

Disamping pemandangan alam dan cuaca, Jawa juga mempunyai modal lain yang berharga: pesona reruntuhan bangunan kuno yang menarik perhatian orang Eropa. Pada tahun 1753 J. Coyett, seorang pegawai VOC asal Skandinavia telah membawa pulang koleksi patung dari Jawa Tengah yang di pajangnya di rumahnya di Batavia. Pada awal abad ke 19, Raffles telah memanfaatkan masa tinggalnya di pulau itu untuk meneliti sejarah kuno dan menerbitkan gambar-gambar beberapa peninggalan purbakala dan karyanya The History Of Java (1817). Sejak tahun 1837 hingga 1841, H. N. Sieburgh telah menelusuri seluruh Jawa Tengah dan Timur untuk mengokalisasi dan melukis semua situs yang penting. Pada masa itu, artinya hampir 170 tahun yang lalu, berdamawisata ke Borobudur dan Prambanan sudah menjadi kebiasaan dan mereka yang lebih kuat, bahkan bersusah payah mendaki hingga ke candi Sukuh, yang area garudanya yang besar menimbulkan hipotensis yang paling tidak masuk akal.

Pemandangan alam yang indah menggugah jiwa romantis, candi-candi terpendam dengan dengan konografi Iudianya memperkuat kepercayaan akan gagasan mempesona bahwa pernah ada Konoli Arya Kuno. Tinggal di perlukan usaha agar jalan menuju berbagai keajaiban seperti itu menjadi terbuka. Ini terlaksana menjelang tahun 1890, ketika kapal-kapal Pesia KPM (Maskapai Kapal laut milik Belanda yang dibangun tahun 1888), mulai beroperasi secara teratur dan jaringan jalan kereta api telah berkembang cukup baik.

Sebelum semua pemerintah colonial yang lain di Asia Tenggara menyadarinya, pemerintah Batavia telah menyadari semua manfaat yang dapat diperoleh dari pariwisata. Reruntuhan Angkor menjadi terkenal baru jauh hari kemudian. Semua hal yang menarik di Pulau Jawa dicatat dengan teliti, ditata dan diperkenalkan dalam paket-paket wisata berupa Candi-candi Hindu-Jawa (Borobudur mulai direstovasi Tahun 1911) tetapi juga gunung-gunung api, bahkan kadang-kadang air terjun kecil biasa.

Selain Hotel-hotel yang memberi pelayanan Internasional, Pemerintah juga mendirikan sejumlah besar pasanggrahan, semacam penginapan untuk bermalam dengan nyaman. Sebuah buku panduan pariwisata tahun 1894 menyebutkan tak kurang dari seratusan pasanggrahan di Jawa Barat. Yang mengesankan adalah kedatangan di Eropa pelukis muda Raden Shaleh Syarif Bustaman yang bermukim di Belanda, Prancis dan Jerman dari tahun 1829-1852.

Perjumpaan dengan dunia Nusantara makin banyak terjadi dan makin besar, besaran dalam Pekan Raya Semesta. Ketika diselenggarakanya Pekan Raya tersebut Tahun 1889, Pemerintah Belanda juga mengirim sekelompok penari Jawa dan pada kesempatan itulah Claude Debussy (Musisi klasik dunia asal Prancis) tertarik akan irama gamelan pada Pekan Raya Kolonial Tahun 1931, Kelompok menari menjadi semakin besar jumlahnya dan sehubungan dengan peristiwa itu. TH.B.Van Lelyved menerbitkan sebuah karya yang bagus dalam Bahasa Prancis mengenai La danSe dans Le Teatre Javanais (Tari dalam Teater Jawa).

Pada peralihan abad, mentalitas manusia Barat sudah siap menerima eksotisme,tidak saja di eropa tetapi juga di amerika Serikat, di mana pada tahun 1897 Eliza Ruhamah Skidmore telah menerbitkan sebuah kisah perjalanan dengan judul yang menunjukan warnanya : Jaya The Garden Of The East dengan kulit muka bergambar wajah meyakinkan seorang Eropa yang dari geladak sebuah kapal pesiar sedang memperhatikan orang-orang melayu menyelam demi sekeping uang dan pada awal kata pengantar di temukan pernyataan : Jawa adalah Negri terindah di dunia. Dalam pada itu tahap terakhir yaitu Tahun 1930an, akan dicapai dengan masuknya Bali dalam jaringan Wisata.

Pada Tahun 1910, gubernur Jendral A.W.F.I denburg (1909-1916) membentuk suatu organisasi yang bernama Veree niging voor Toeristea Verkeer (VTV). Sebuah badan resmi Pemerintahan Hindia Belanda yang mengatur arus lalu lintas dan kegiatan Kepariwisataan di Hindia Belanda, juga berfungsi sebagai biro perjalanan resmi. Selain menyelenggarakan kegiatan pariwisata yang merupakan salah satu sumber keuangan organisasi tersebut, VTV juga menerbitkan informasi wisata dalam bentuk brosur maupun buku. Pada Tahun 1913 buku-buku Penuntun Wisata Tentang Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lombok, Toraja dan Banten ditulis dalam bahasa Inggris.

Bahan-bahan informasi wisata ternyata tidak hanya diterbitkan oleh VTV saja, tetapi juga pihak-pihak lain. Tahun 1923 misalnya Kantor Informasi Wisata Garoet, menerbitkan Java Tourist Guide. Pada Tahun yang sama terbit sebuah koran Minggon yang berisi rubrik-rubrik antara lain. Jadwal kereta ekspres, ringkasan berita luar negri, berita-berita Garoet petunjuk-petunjuk wisata, hotel-hotel yang direkomendasikan kalimat-kalimat singkat yang berguna, nilai mata uang dan foto-foto.

Selain itu, sebuah organisasi Kepariwisataan di Negeri Belanda bernama Vereeniging voor Vreemdelingen Verkeer (VVV), sampai sekarang masih aktif, memberikan informasi-informasi kepada para wisatawan asing mancanegara, menerbitkan sebuah majalah mingguan bergambar bernama Toerisme. Mingguan tersebut pada Tahun 1926 juga mempromosikan Hindia Belanda (Indonesia).

Di Kantor VTV dapat diperoleh bahan-bahan informasi wisata: The Mountain City on Netherland Indie, Bandoeng, Gids voor de Plantentuin in Buitenzong, Map Of Garoet and Environts. Selain di Batavia, VTV juga mempunyai cabang di tempat-tempat lain, khususnya di daerah-daerah yang banyak dikunjungi wisatawan. Masyarakat Belanda juga mendirikan organisasi atau perkumpulan kepariwisataan, misalnya Toerist Assoeiation log Magelang (1926), Bandoeng Vooruit (1926), Toerist Association Og Garoet e Java (1923). Kota Bogor dan Visit Indonesian Year 2008.

Sumber : http://www.kotabogor.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=4045

Sejarah Pariwisata Indonesia

Sejarah Pariwisata Indonesia
Sejarah Pariwisata Di Indonesia dibagai menjadi 3 bagian yaitu
1. Masa Penjajahan Belanda
•    Kegiatan kepariwisataan masa itu dimulai sejak tahun 1910 – 1920, sesudah keluarnya keputusan Gubernur Jendral atas pembentukan Vereeneging Toesristen Verker (VTV) yang merupakan suatu badan atau official tourist bureau pada masa itu. Kedudukan VTV selain sebagai tourist goverm,ent office juga bertindak sebagai tour operator atau travel agent.
•    Meningkatnya perdanganan antara Benua eropa dan negara – negara di Asia dan Indonesia pada khususnya, mengakibatkan ramainya lalulintas orang – orang yang bepergian ke daerah ini dengan motif yang berbeda – beda sesuai dengan keperluan masing – masing. Untuk dapat memberikan pelayanan kepada mereka yang melakukan perjalananmaka berdirilah suatu Travel Agent di Batavia pada tahun 1926 yaitu Linssonne Lindeman (LISLIND) yang berpusat di Negeri Belanda dan sekarang dikenal dengan nama NITOUR (Netherlanshe Indische Touristen Bureau). Pada masa penjajahan Berlanda dapat dikatakan bahwa kegiatan kepariwisataan hanya terbatas pada kalangan orang – orang kulit putih saja, sehingga perusahaan – perusahaan yang bergerak dalam bidang kepariwisataan adalah juga monopoli Nitour, KLM, dan KPM masa itu.
Keadaan Akomodasi
Walaupun kunjungan wisatawan pada masa itu masih sangat terbatas, anamun di beberapa kota dan tempat di Indonesia telah didirikan hotel untuk menjamin akomodasi bagi mereka yang berkunjung ke daerah Hindia Belanda.Pertumbuhan usaha akomodasi baru dikenal pada abad ke 19, itupun terbatas pada kota – kota besardekat pelabuhan. Fungsi hotel yang utama hanya melayani tamu – tamu atau penumpang yang kapal yang baru datang dari Belanda ataupun negara eropa lainnya yang kemudian dibawa dengan menggunkan kereta – kereta yang ditarik dengan beberapa kuda karena belum ada kendaraan bermotor atau mobil.
Menginjak abad ke 20 barulah hotel – hotel mulai berkembang ke kota daerah pedalaman seperti losmen atau penginapan . Semenjek itulah fungsi hotel mulai dirasakan oleh masyarakat banyak dan orang – orang menempatkan dirinya sesuai dengan kemampuan dan derajatnyamasing – masing. Kemudian dari hal itu kita mengenal istilah penginapan besar (hotel) dan penginapan kecil (losmen).
Berikut ini dapat dilihat jumlah hotel dan kamar yang tersedia di beberapa kota penting di Indonesia tahun 1933 :
Tabel 1.1.
Jumlah Hotel dan Kamar Pada Beberpa Kota penting di Indonesia
KOTA    HOTEL    KAMAR    JENIS KAMAR
Medan    10    353    Double/Single
Jakarta    37    1.601    Double/Single
Bandung    26    999    Double/Single
Surabaya    39    1.123    Double/Single
Denpasar    2    63    Double/Single
Jumlah    114    4.139    Double/single
Sumber : Himpunan Perintis Kepariwisataan Indonesia
Keadaan Transport
Satu – satunya airlines yang menghubungkan Indonesia dengan Belanda waktu itu adalah KLM yang mempunyai kedudukan monopoli untuk operasi membawa penumpang antara kedua daerah ini. Seperti halnya dengan KLM, dalam tahun 1927 angkutan laut juga dimonopoli oleh KPM. Sedangkan angkutan penumpang dengan menggunkan kereta api baru efektif di Pulau Jawa pada tanggal 1 Oktober 1927. Pada waktu itu para penumpang yang hendak bepergian ke Pulau Jawa harus melakukan reservasi tempat duduk tiga jam sebelum kereta api berangkat.
Pada tahun 1927 kegiatan tour sudah mulai dikembangkan terutama di Pulau Jawa dan Sumatra yang diorganisir oleh LISLIND (Lissonne Lindeman) seperti misalnya :

•    Fourteen days in Java motor and train combination tour operated by LSLI
•    Fourteen days in Sumatra.
Kebudayaan
•    Dalam tahun 1927 ternyata sudah datang ke daerah ini orang – orang penting yang kenamaan untuk mempelajari kebudayaan Indonesia, terutama tentang kesenian Jawa dan Bali, antara lain :
•    Mr. Leopold Chaikoswky, Conductor of syimphony orchestra Philadelpia is expected to arrive at Java shortly for the purpose of making a study of Javanesse music.
•    Dr. Rabindranath Tagore is expected to visit Java early in August, wit the object of studying the influence of Hinduism on javanese religious concepts.
Promosi
•    Tahun 1913
•    Dalam tahun ini Vereneging Teoristen Verker (VTV) menerbitkan sebuah Guide Book yang bagus sekali mengenai daerah – daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lombok, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, banten, dan Tanah Toraja di Sulawesi.
•    Tahun 1923
•    Pada tahun ini beredar surat kabar mingguan yang merupakan Java Touriost Guide yang isinya antara lain mengenai Express Train Service, News from abroad in Brief, who-where-when to hotels, postal news, dan sebagainya.
•    Tahun 1926
•    Pada tahun ini sudah banyak promotion materials yang telah dipersiapkan oleh badan – badan atau perusahaan yang bergerak dalam bidang kepariwisataan. Di luar negeri, yakni di Belanda pernah diterbitkan sebuah majalah “Tourism” yang banyak mempromosikan Indonesia antara lain :
- come to Jaca, yang merupaan complete guide to Java
- Bandung, the mountain city to Netherland India
- Bandoeng
- Batavia, queen city of east
- The wayang wong or wayang orang
- Dan sebagainya
Dalam tahun 1926, berdasarkan catatan yang ada, diketahui bahwa jumlah wisatawan yang mendatangi kantor VTV Batavia untuk meminta informasi mengenai tour adalah sebagi berikut :
Tabel 1.2
Statistik kunjungan wisatan tahun 1926
NO    BULAN    JUMLAH WISATAWAN (orang)
1    Juni    391
2    Juli    466
3    Agustus    1.259
4    September    2.070
5    Oktober    1.820
6    November    1.271
7    Desember    870
Sumber : Himpunan Perintis Kepariwisataan Indonesia
2. Masa Pendudukan Jepang
Berkobarnya perang dunia II yang disusul dengan pendudukan tentara Jepang di Indonesia, menyebabkan kedaan kepariwisataan menjadi terlantar. Dapat dikatakan bahwa orang – orang tidak ada gairah atau kesempatan untuk mengadakan perjalanan. Objek – obje wisata tinggal terbengkalai, jalan – jalan rusak karena ada penghancuran jembatan – jembatan untuk menghalangi musuh masuk. Perhotelan sangat menyedihkan karena banyak hotel yang diambiloleh pemerintah Jepang untuk dijadikan rumah sakit, dan asrama sebgai empat tinggal perwira – perwira Jepang.
Setelah jatuhnya bom di Hiroshima dan Nagasaki, inflasi terjadi di mana – mana yang mengakiatkan keadaan ekonomi rakyat tambah parah.
3. Setelah Indonesia Merdeka
Pada tahun 1946, sebagai akibat perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan Tanah Air Indonesia dari cengkraman penjajahan Belanda, maka pemerintah menghidupkan kembali industri – industri yan mendukung perekonomian. Demikian juga di bidang pariwisata, perhotelan mendapat perhatian dari pemerintah, sehingga dikeluarkanlah Surat Keputusan Wakil Presiden RI waktu itu (DR. Moch. Hatta) tentang pendirian suatu badan yang bertugas unytuk melanjutkan perusahaan hotel bekas milik Belanda. Badan ii bernama HONET (hotel national & Tourism). Semua hotel yang berada di bawah manajemen HONET diganti namanya menjadi Hotel MERDEKA.

Dengan adanya perjanjian KMB (konfrensi Meja Bundar) dalam tahun 1949 maka menurut perjanjian itu semua harta kekayaan harus diembalikan kepada pemiliknya. Karena itu HONET dibubarkan dan dibentuklah satu – satunya badan hukum milik Indonesia sendiri yang bergerak dalam bidang pariwisata yaitu NV HONET. Pad tahun 1953 dibentuklan oranisasi yang bernama Serikat Gabungan Hotel dan Tourisme Indonesia (SERGAHTI) yang beranggotakan hampir seluruh hotel di Indonesia namun keberadan badan ini tidak berlangsung lama karena tidak terlihat kemungkinan penerobosan dari peraturan pengendalian harga. Pada thun 1955 oleh Bank Industri Negara didirikan suatu Perseroan Terbatas dengan nama PT. NATOUR Ltd.( National Hotel & Tourism Corp.). Natour ini memiliki anggota antara lain : Hotel Transaera (Jakarta), Hotel Bali dan Sindhu Beach, Kuta Beach, dan Jayapura Hotel.


4. Babak Baru Dalam Kepariwisataan Nasional
Banyak usaha kegiatan kepariwisataan yang telah dirintis pleh Lembaga Pariwisata Nasional, walaupun lembaga ini sendiri banyak mengalami kesukaran sebgai akibat penyesuaian dengan struktur organisasi kepariwisataan yang coba – coba dalam penerapannya. Di sini kita dapat melihat kegairahan untuk berusaha dalam industri pariwisata yang ditandai dengan dibangunnya hotel – hotel baru atau memperbaiki yang telah bobrok di masa lalu. Lines penerbangan domestik mulai beroperasi mulai meningkatkan mutu pelayanan , pengusaha Travel Agent mulai membuka operasi tournya di dalam maupun di luar negeri, yang diikuti dengan bertambah banyaknya wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia.
Kunjungan Wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia dari tahun ke tahun cenderung, terus meningkat. Kalau kita perhatikan sejak pelita I tahun 1969 jumlah wisatawan relatif masih rendah yaitu 86.100 saja. Di akhir tahun 1973, jumlah wisatawan meningkat menjadi 270.300 orang. Jadi dalam pelita I sudah terjadi peningkatan sebesar 214 %. Pada akhir pelita II tahun 1978 jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia sebanyak 468.600 orang, dan akhir pelita III tahun 1983 meningkat lagi menjadi 638.000 orang. Hal yang sama terjadi pada pelita IV tahun 1989 wisman yang berkunjung tercatat 11.626.000 orang. Peningkatan yang sangat mencolok terjadi antara tahun 1984 – 1988 dengan pertumbuhan rata – rata 15 % tiap tahunnya, kemudian pertumbuhan yang lebih besar terjadi pada periode 1989 – 1991 dengan kedatangan wisman rata – rata sebesar 36,2 % tiap tahunnya. Kunjungan wisatawan ke Indonesia tahun 1992 ternyata melebihi target 3 juta orang dengan demikian kunjungan wisman ke Indonesia meningkat 16,7 %.

Sejarah Pariwisata Bali
Kalau pada zaman Romawi orang melakukan perjalanan wisata karena kebutuhan praktis, dambaan ingi tahu dan dorongan keagamaan maka pada zaman Hindu di Nusantara/Indonesia khususnya di Bali telah terjadi pula perjalanan wisata karena dorongan keagamaan. Perjalanan Rsi Markandya sekitar abad ke – 8 dari Jawa ke Bali telah melakukan perjalanan dengan membawa misi – misi keagamaan, demikian pula Mpu Kuturan yang mnegmbangkan konsep Tri Sakti di Bali datang sekitar abad ke 11 kemudian Dang Hyang Nirartha ( Pedanda Sakti wawu Rauh) pada abad ke –16 datang ke Bali sebagai misi keagamaan dengan titik berat pada konsep upacara.

Perjalanan wisata Internasional di Bali telah dimulai permulaan abad ke-20 dimana sebelumnya Bali diketem7kan oleh orang Belanda tahun 1579 yaitu oleh ekspedisi Cornelius De Houtman dalam perjalananya mengelilingi dunia untuk mencari rempah – rempah lalu sampai di Indonesia. Dari pulau Jawa misi tersebut berlayar menuju ke timur dan dari kejauhan terlihatlah sebuah pulau yang merimbun. Setelah mereka mendarat, ternyata mereka tidak menemukan rempah – rempah tetapi suatu kehidupan dengan kebudayaan yang menurut pandangan mereka sangat unik, tidak pernah dijumpai di daerah lain selama mereka mengelilingi dunia , alamnya sangat indah dan mempunyai daya tarik tersendiri. Pulau ini dinamakan Bali oleh penduduknya. Inilah yang mereka laporkan kepada raja Belanda pada waktu itu.

Kemudian pada tahun 1920 mulailah wisatawan dari eropa datang ke Bali. Al ini terjadi berkat kapal – kapal dagang Belanda yaitu KPM (Koninklijke Paketacart Maatsckapy) yang dalam usahanya mencari rempah – rempah ke Indonesia, lalu mereka memperkenalkan Bali di eropa sebagai “The Island Of God”. Dari para wisatawan yang mengunjunfi Bali terdapat pula beberapa seniman baik seniman sastra, seniman lukis, maupun seniman tari antara lain :
1. Seniman Sastra :
•    Dr. Gregor Krause adalah orang jerman yang dikirim ke Indonesia bertugas ke Bali tahun 1912 yang ditugaskan untuk membuat tulisan – tulisan dan foto – foto mengenai tata kehidupan masyarakat Bali. Bukunya telah menyebar ke seluruh dunia pada tahun 1920, dan pada waktu itu Dr. Gregor Krause tinggal di Bangli.
•    Miguel Covarrubias dengan bukunya “The Island Of Bali” ( 1930)
•    Roelof Goris dengan bukunya Prasasti Bali.
•    Lovis Conperus (1863 – 1923) dengan bukunya easwords ( melawat ke timur) memuji tentang Bali terutama Kintamani.
•    Magaret Meat
•    Collin Mc. Phee
•    Jone Bello
2. Seniman Lukis :
•    R. Bonet mendirikan useum Ratna Warta
•    Walter Spice (1925) bersama Tjokorda mendirikan yayasan Pita Maha. Disamping dikenal sebagai pelukis ia juga mengarang buku dengan judul Dance and Drama in Bali.
•    Arie Smith yang membentuk aliran “Young Artist”
•    Le Mayeur dari Belgia (1930) mengambil istri orang Bali dan mendirikan Museum Le Mayeur
•    Mario Blanco (Spanyol) mengambil istri orang Bali dan menetap di Ubud.
Banyak lagi seniman – seniman baik asing maupun nusantara yang yang mengambil objek baik lukisan maupun tulisan mengenai Bali. Penyebaran informasi mengenai Bali baik melalui tulisan maupun serita dari mulut ke mulut menyebabkan Bali dikenal di mancanegara.
Untuk mengantisipasi kedatangan wisatawan yang datang ke Bali, pada tahun didirikanlah hotel pertama di Bali yaitu Hotel Bali yang terletak di jantung kota Denpasar. Nama Bali semakin terkenal setelah pada tahun 1932 rombongan Legong Peliatan melanglang buana ke eropa dan Amerika atas prakarsa orang – orang asing , dan pada tahun – tahun berikutnya makain banyak seniman – seniman tari Bali yang diajak melanglang buana ke mancanegara sehingga hal ini membuat kesenian Bali semakin dikenal di luar negeri. Berbagai julukan diberikan kepada Bali antara lain :
- The Island of Gods
- The Island of paradise
- The Island of Thousand Temples
- The Morning of The world oleh Pandit Jawahral Nehru
- The Last Paradise onEarth dan lain sebagainya.
Kesemarakan pariwisata Bali pernah terhenti karena meletusnya Perang Dunia I tahun 1939 – 1941 dan Perang Dunia II tahun 1942 – 1945 dan dilanjutkan dengan Perang Kemerdekaan RI tahun 1945 – 1949. Baru pada tahun 1956 kepariwisataan Bali dirintis kembali, pada tahun 1963 didirkan Hotel Bali Beach dan diresmikan pada Bulan November 1966. Hotel ini dibangun sebelum ada ketentuan bahwa bangunan di Bali tingginya maksimal 15 meter atau setinggi pohon kelapa. Hotel Bali Beach dibangun atas biaya dari rampasan perang Jepang. Hotel ini pernah terbakar tanggal 20 Januari 1993, tetapi terjadi suatru keanehan yaitu kamar nomor 327 satu – satunya kamar yang tidak terbakar sama sekali.
Hotel Bali Beach diresmikan pada Bulan November 1966, maka Bulan Agustus 1969 diresmikan Pelabuhan Udara Ngurah Rai sebagai pelabuhan Internasional. Kepariwisataan di Bali dilaksanakan secara lebih intensif, teratur, dan terencana yaitu ketika mulai dicanangkan Pelita I pada tanggal 1 April 1969.
Sumber : http://madebayu.blogspot.com/2011/01/sejarah-pariwisata-indonesia.html

Pengantar Industri Pariwisata

Pengantar Industri Pariwisata : Definisi Kepariwisataan dan Pariwisata, dan Pengembangan Pariwisata
Industri Pariwisata
Ada beberapa pengertian tentang industri pariwisata, antara lainnya sebagai kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selama dalam perjalanannya. (Yoeti, 1985, p.9).
Pengertian tentang industri pariwisata yang lainnya adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian. (Kusudianto, 1996, p.11)

Kepariwisataan dan Pariwisata
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata (Yoeti, 1997, p.194). Wisata merupakan suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. “Tourism is an integrated system and can be viewed in terms of demand and supply. The demand is made up of domestic and international tourist market. The supply is comprised of transportations, tourist attractions and activities, tourist facilities, services and related infrastructure, and information and promotion. Visitors are defined as tourist and the remainder as same-day visitors”.
Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait serta informasi dan promosi.

Pengertian Pariwisata
Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu : (dikutip dari Ekonomi Pariwisata, hal 21)
a. Harus bersifat sementara
b. Harus bersifat sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi karena dipaksa.
c. Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran.
Dalam kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah. (Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia, hal. 3)

Pengembangan Pariwisata
Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu :

a. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.
b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.
c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh. (Yoeti, 1985, p.164).
Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan langkah-langkah yang terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan perencanaan pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait sehingga pengembangan tersebut menjadi realistis dan proporsional.
Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata. Menurut Yoeti dalam bukunya Pengantar Ilmu Pariwisata (1985, p.181), mengatakan : “Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam”.
Prasarana tersebut antara lain :
a. Perhubungan : jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut, terminal.
b. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.
c. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televise, kantor pos
d. Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.
e. Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar obyek wisata.
f. Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata.
g. Pom bensin
h. Dan lain-lain. (Yoeti, 1984, p.183)
Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan (Yoeti, 1984, p.184)
Sarana kepariwisataan tersebut adalah :
a. Perusahaan akomodasi : hotel, losmen, bungalow.
b. Perusahaan transportasi : pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus-bus
yang melayani khusus pariwisata saja.
c. Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di sekitar obyek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari obyek wisata tersebut.
d. Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata tersebut yang notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas obyek tersebut.
e. Dan lain-lain. (Yoeti, 1985, p.185-186)
Dalam pengembangan sebuah obyek wisata sarana dan prasarana tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu obyek wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar obyek wisata tersebut maupun pemerintah daerah.
Sumber : http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/pengantar-industri-pariwisata-definisi.html

Perencanaan Pengembangan kepariwisataan

PERENCANAAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN
Posted on July 30, 2009 by Care Tourism
Sebagaimana pengembangan bidang-bidang lainnya, pengembangan kepariwisataan pun memerlukan perencanaan yang seksama. Satu dan lain hal, karena kepariwisataan menyangkut berbagai bidang kehidupan, baik bagi wisatawan maupun bagi masyarakat setempat yang menjadi “tuan rumah”.
Perencanaan kepariwisataan, tidak hanya berkepentingan dengan wisatawan, melainkan juga melibatkan kepentingan masyarakat setempat (local), daerah (regional) maupun nasional pada umumnya di negara yang bersangkutan. Oleh karena itu pengembangan kepariwisataan harus digarap bukan hanya dalam hal penyediaan hotel dan kegiatan promosi semata, melainkan juga segi-segi lainnya yang menjadi “kebutuhan hidup” wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara – layaknya seorang manusia – sebagaimana kebutuhan hidup masyarakat setempat selaku tuan rumah, mulai dari kebutuhan tempat tinggal, makan-minum, mobilitas, udara segar, lingkungan bersih – indah – nyaman, keselamatan perjalanan, keamanan pribadi dan harta bendanya dsb … dsb.
Seorang wisatawan (nusantara maupun mancanegara) selaku seorang tamu – membutuhkan layanan (services) layaknya kita “melayani” seorang tamu di rumah kita.
Demikian komplexnya pengembangan kepariwisataan sehingga perlu melibatkan “semua” pihak pemangku kepentingan (stakeholder), mulai dari kalangan pemerintah – vertikal maupun horizontal (pusat maupun daerah secara lintas sektoral) -, para pelaku usaha pariwisata sampai pada kalangan masyarakat umum, yang secara logika memerlukan koordinasi yang serasi, solid dan konsisten.
Satu hal yang pasti sangat dibutuhkan adalah “kesefahaman” di antara pemangku kepentingan tentang berbagai hal, antara lain :
Perlunya pemahaman secara menyeluruh (comprihensive) setiap pihak pemangku kepentingan mengenai seluk beluk kepariwisataan, termasuk dampaknya – baik positif maupun negatif – secara timbal balik antara kepariwisataan dengan bidang / sektor lainnya ;
Perlunya perencanaan pengembangan kepariwisataan, secara lokal, regional dan nasional sebagaimana diamanatkan juga oleh Undang-undang No. 10/Th. 2009 Tentang Kepariwisataan; serta
Keterkaitan perencanaan pengembangan kepariwisatan pada pembangunan ekonomi, kehidupan sosial-budaya, stabilitas sosial-politik dan keamanan, kelestarian lingkungan, keserasian tataruang dan tataguna lahan (land-use) … dsb, baik setempat, regional, maupun nasional;
Untuk menyusun rencana pengembangan kepariwisataan perlu terlebih dahulu mengenali sistem kepariwisataan itu melalui tiga sub-sistem sebagai berikut:
A. Sisi Penyelenggara (Kelembagaan) atau Organizations, yang terdiri dari:
Pemerintah selaku penentu, pengatur, pembina dan penyelenggara kebijakan umum (public policy) yang memberikan jasa / layanan kebutuhan umum (public services), termasuk layanan keperluan penyelenggaraan pariwisata a.l. pelayanan informasi pariwisata;
Penyelenggara Usaha Pariwisata, yang menyediakan jasa / layanan khusus kebutuhan wisatawan (traveller – orang yang bepergian atau berada dalam perjalanan) – termasuk layanan informasi perjalanan;
Masyarakat pada umumnya, berupa sikap dan perilaku masyarakat, – termasuk para pengusaha barang dan jasa kebutuhan masyarakat secara umum -, dalam menerima dan melayani wisatawan, – termasuk juga layanan informasi umum;
B. Sisi Supply (Penawaran) atau Tourism Resources bisa dibagi ke dalam tiga kelompok besar sbb.:
Kelompok Atraksi, baik yang berupa Atraksi Alam, Budaya maupun Karya Manusia, yang terdiri dari Site Attraction (Obyek Wisata) yang pada dasarnya bersifat statis dan “tangible” dan Event Attraction (Peristiwa Wisata) bersifat dinamis (tidak terikat tempat) dan “intangible“;
Kelompok Aksesibilitas, yang tercermin dalam berbagai fasilitas antara lain angkutan (darat, laut, udara, danau, sungai), izin-izin berkunjung (kebijakan visa, izin masuk daerah yang dilindungi – protected area – seperti suaka alam, suaka margasatwa, suaka budaya, situs sejarah, … dll.)
Kelompok Akomodasi, yang menawarkan tempat berteduh, tempat tinggal, sarana konferensi dan pameran, sarana ibadah, sarana hidangan (restoran, cafe, bar) … dan sejenisnya.
C. Sisi Demand (Permintaan) atau Tourism Markets. Sisi permintaan ini bisa dikelompokkan ke dalam berbagai kategori:
Wisatawan nusantara (wisnus) – yang terbagi lagi menjadi berbagai sub-kategori, kunjungan sehari dalam radius 90km dan dalam radius 90-200km; dalam transit (lewat dalam perjalanan ke tujuan lain); menginap 1-2 malam; menginap lebih dari 2 malam … dst.;
Wisatawan mancanegara (wisman) - sama halnya dengan wisnus, wisman dapat terbagi lagi menjadi sub-kategori;
Di samping lamanya kunjungan dan jauhnya jarak perjalanan, juga dibagi atas dasar lokasi geografi - Negara asal (tempat tinggal) dan Kebangsaannya;
Motivasi (maksud kunjungan) merupakan salah satu indikasi mengenai produk yang diinginkan wisatawan, seperti pesiar dengan motivasi alam, budaya, kesehatan, kunjungan keluarga, keagamaan; bisnis, konferensi, penelitian, studi (belajar), kunjungan resmi (kenegaraan), … dsb.;
Kelompok demografis, – laki-laki, perempuan, kelompok usia, kelompok pekerjaan / profesi, kelompok penghasilan … dsb.
Kelompok Psychografis – gaya hidup, yang a.l. merinci status dalam masyarakat, pandangan hidup, selera … dsb.;
Sumber : http://caretourism.wordpress.com/2009/07/30/perencanaan-pengembangan-kepariwisataan/

Pengetahuan Kepariwisataan

Pengetahuan Kepariwisataan
Pengetahuan Kepariwisataan
(Undang-Undang Nomor 90 Tahun 1990)

Beberapa Pengertian
1. wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata;
2. wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata;
3. pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut;
4. kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata;
5. usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata,dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut;
6. objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata;
7. kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata;
8. Usaha pariwisata digolongkan ke dalam:
a. usaha jasa pariwisata;
b. pengusahaan objek dan daya tarik wisata;
c. usaha sarana pariwisata.
Usaha Jasa Pariwisata
Usaha jasa pariwisata meliputi penyediaan jasa perencanaan, jasa pelayanan, dan jasa penyelenggaraan pariwisata.
Usaha jasa pariwisata dapat berupa jenis-jenis usaha:
a. jasa biro perjalanan wisata;
b. jasa agen perjalanan wisata;
c. jasa pramuwisata;
d. jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran;
e. jasa impresariat;
f. jasa konsultan pariwisata,
g. jasa informasi pariwisata.
Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata
Pengusahaan objek dan daya tarik wisata meliputi kegiatan membangun dan mengelola objek dan daya tarik wisata beserta prasarana dan sarana yang diperlukan atau kegiatan mengelola objek dan daya tarik wisata yang telah ada.
Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam
a. pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam;
b. pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya;
c. pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus

Usaha Sarana Pariwisata
Usaha sarana pariwisata meliputi kegiatan pembangunan, pengelolaan dan penyediaan fasilitas, serta pelayanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan pariwisata.
Usaha sarana pariwisata dapat berupa jenis-jenis usaha:
a. penyediaan akomodasi
b. penyediaan makan dan minum;
c. penyediaan angkutan wisata;
d. penyediaan sarana wisata tirta;
e. kawasan pariwisata.
Sumber : http://pariwisata.cilacapkab.go.id/index.php?pilih=hal&id=77

Pantai Indah Widarapayung

Pantai Indah Widarapayung


Merupakan objek wisata pantai dengan luas seluruh areal pantai mencapai 500 hektar terletak di Desa Widarapayung Kecamatan Binangun atau terletak ± 35 km arah timur dari Kota Cilacap. Kondisi pantainya sangat landai dengan dipagari pohon kelapa sehingga menjadikan pantai ini sejuk. Sedangkan luas kawasan yang ditetapkan sebagai Obyek Wisata Pantai Indah Widarapayung adalah sekitar 30 Ha (1000 m x 300 m)
Untuk menuju Pantai Indah Widarapayung sangatlah mudah bisa menggunakan angkutan umum bus jurusan Cilacap – Gombong atau kendaraan pribadi karena letaknya di Jalan Lintas Selatan – Selatan. Fasilitas yang ada di Pantai Indah Widarapayung: jalan yang beraspal, Shelter (tempat berteduh), Gardu Pandang, Kolam Renang, Tempat Parkir, Warung Makan, dan Kesenian Daerah. Pada bulan syura dilakukan Upacara Ritual Adat Tradisional Sedekah Bumi untuk larungan sesaji ke laut dengan diiringi kesenian daerah dan Pakaian Adat. Upacara Sedekah Bumi adalah merupakan salah satu perwujudan ungkapan rasa syukur yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar Desa Widarapayung agar diberi keberkahan, keselamatan dalam sehari – harinya oleh Gusti kang Maha Agung.
Obyek ini menawarkan panorama pantai yang indah, upacara adat dan kesenian daerah, gelombang laut yang relatif teratur dan cocok untuk Selancar air.
Aksesibiltas :
Dari arah timur : melewati perbatasan Kebumen (Pantai Ayah) – Cilacap (Pantai Jetis) dengan menyeberangi Jembatan Kali Bodo – ke arah barat – menuju lokasi di sebelah kiri jalan.
Dari arah barat : dari Kota Cilacap – Adipala – ke arah timur menuju Kec. Binangun – mencapai lokasi di sebelah kanan jalan.

Galery Foto Klik di sini


Harga Tiket* : 

Orang    Tarif
    Hari Biasa    Hari Libur
    Pagi    Siang    Malam    Pagi    Siang    Malam
Dewasa    Rp. 3.000,-    Rp. 4.000,-    Rp. 3.000,-    Rp. 4.000,-    Rp. 5.000,-    Rp. 4.000,-
Anak    Rp. 2.500,-    Rp. 3.000,-    Rp. 2.500,-    Rp. 3.000,-    Rp. 4.000,-    Rp. 3.000,-


Layanan informasi :
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Cilacap Telp. 0282-534481
email : diparta_clp@yahoo.co.id
facebook: cilacap tourism
Website : http://pariwisata.cilacapkab.go.id,
*(KTM sesuai Perda Nomor 7 tahun 2008 tentang Retribusi Tempat Rekreasi di Kabupaten Cilacap)


Sumber : http://pariwisata.cilacapkab.go.id/index.php?pilih=hal&id=67

komentar : pantai indah widarapayung sanagat indah dan sangat landai dengan dipagari pohon kelapa sehingga menjadikan pantai ini sejuk